Survei
ubinan merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi mengenai produktivitas
komoditas tanaman pangan dan memperoleh informasi pendukung lainnya seperti
metode penanaman, penggunaan pupuk, penangulangan Organisme Pengganggu Tanaman,
cara pemanenan dan lain-lain.
Pengumpulan data survei ubinan dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota
dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.Waktu pelaksanaan ubinan terbagi atas tiga subround (subround 1 Januari-April,
subround 2 Mei-Agustus dan subround 3 September-Desember) dan pelaksanaannya
mengikuti waktu panen petani.
Petugas akan melakukan
pengukuran pada plot ubinan
untuk rumah tangga yang
menjadi sampel. Kemudian dari setiap rumah tangga sampel, akan dipilih
satu petak secara acak. Pada petak terpilih ini, akan dipilih satu plot berukuran 2,5 m x
2,5 m. Pada plot tersebutlah dilakukan kegiatan
ubinan. Setelah dilakukan pengukuran pada plot terpilih kemudian dilakukan
wawancara dengan responden.
Sebagai salah satu survey rutin yang dilaksanakan, ubinan memiliki
tantangan tersendiri yang tidak dijumpai pada survei-survei lainnya. Alat ubinan
dengan bobot cukup lumayan berat, yang terdiri dari
timbangan, pasak, dan batang-batang besi stainless
berbagai ukuran serta edan ubinan yang terkadang sulit karena tidak setiap tanaman
dibudidayakan pada lahan yang mudah terjangkau dengan kendaraan, cukup menggambarkan
tantangan survei tersebut. Namun, demi menghasilkan data yang berkualitas, maka semua itu terasaringan.
Rabu, 26 Oktober 2016,Tim Ubinan BPS Kabupaten Kendal (Tim IV) yang terdiri dari KSK Kaliwungu Selatan, KSK Kaliwungu, KSK
Brangsong dan Staf BPS Kabupaten Kendal bersama dengan KCD Kaliwungu Selatan, PPL Kecamatan Kaliwungu Selatan, dan Mahasiswa
AIS Muhammadiyah Semarang melakukan kegiatan ubinan di Kecamatan Kaliwungu
Selatan tepatnya Desa Kedungsuren dan Desa Sidomakmur. Medan untuk menuju lokasi
ubinan di kedua desa tersebut tidaklah mudah, selain jalan berlumpur karena habis
diguyur hujan, lokasi sawah juga cukup jauh dari jalan setapak dengan kondisi galengan
yang berlumpur.
Di Desa Kedungsuren terdapat dua sampel plot ubinan kacang tanah
yang memiliki luas petak lahan masing-masing 0,07 Ha dan 0,25 Ha dengan berat hasil
ubinan sebesar 1,89 kg dan 3,02 kg. Dari hasil ubinan tersebut maka taksiran produktivitas kacang tanah (dalam kondisi gelondongan basah) adalah
sebesar 30,24 kuintal per hektar dan
48,32 kuintal per hektar. Sementara di Desa Sidomakmur terdapat 1 sampel plot ubinan ubikayu
dan 1 sampel plot ubinan jagung. Plot ubinan ubi kayu di Desa Sidomakmur memiliki
luas petak sebesar 0,08 Ha dengan hasil ubinan 23,81 kg (taksiran
produktivitas ubi kayu dalam kondisi umbi basah adalah
sebesar 380,96 kuintal per hektar). Sedangkan
plot ubinan jagung memiliki luas petak sebesar 0,11 Ha dengan hasil ubinan
10,08 kg (maka taksiran produktivitas ubi kayu dalam kondisi umbi basah adalah sebesar 161,28 kuintal per hektar).
Hasil panen kacang tanah di Desa Kedungsuren menunjukkan hasil
yang kurang memuaskan jika dibandingkan dengan hasil pada musim panen sebelumnya.
Menurut pemilik lahan sawah, Mufidun dan Nurtaji, salah satu penyebab menurunnya hasil panen
tersebut adalah tingginya curah hujan yang mengakibatkan banjir di lokasi sawah
mereka. Akibatnya, kacang tanah tidak berkembang dengan baik sehingga berat panen
menjadi ringan. Untuk bias memperoleh produksi kacang tanah yang maksimal,
perlu ditunjang adanya sistem pengairan yang cukup memadai sehingga bias mengontrol ketersediaan air. Dengan adanya sistem pengairan yang
baik, pada saat musim kemarau petani tidak kekurangan air dan saat musim penghujan
tidak mengalami kebanjiran.